Rabu, 02 April 2008

Konflik Internal

Konflik ini terjadi antara saya dan sahabat baik saya. Konflik mulai timbul ketika sahabat saya melihat satu perubahan sikap yang drastis dalam diri saya. Sebenarnya saat itu saya kurang begitu memperhatikan perubahan tersebut. Di pertengahan bulan November 2007 konflik tersebut mulai memuncak ditandai dengan perubahan sikap sahabat saya yang 180 derajat benar-benar berubah. Biasanya dia selalu curhat, berdiskusi dan bercanda, namun tiba-tiba dia benar-benar cuek terhadap keberadaan saya. Bahkan dia memandang saya dengan tatapan yang sangat sinis. Saya tidak mengerti dengan perubahan sikapnya karena hari sebelumnya kami masih sempat bercanda dan tertawa bersama. Ketika saya bertanya dia hanya diam 1000 bahasa bahkan selalu menghindar bila melihat saya. Hingga saat itu saya belum tahu apa letak kesalahan saya sehingga dia berbuat seperti itu.

Namun, ketika saya, dia, dan teman-teman yang lainnya hendak pergi ke perpus sambil menunggu lift. Tiba-tiba saja dia berbicara dengan sahabat saya yang lainnya, "Sa, aku mah malas temenan sama cewek yang centil!" sontak saja saya kaget mendengarnya karena saya tahu yang sedang ia perbincangkan adalah saya. Pada saat itulah saya mulai tahu duduk perkara yang sebenarnya.

Dimata sahabat-sahabat, saya adalah gadis yang cukup pendiam namun tidak terlalu introvert. Tapi memang saya lebih sering bercanda dan curhat hanya pada teman-teman wanita saja. Bahkan bisa dikatakan saya cukup anti berhubungan dengan lawan jenis. Tapi bukan berarti saya penyuka lawan jenis lho!Saya masih sangat normal kok..He..
Memang ketika konflik itu timbul saya sedang berusaha memberanikan diri untuk menjalin pertemanan dengan lawan jenis. Karena saat itu saya berpikir, di kelas ini saya bukan hanya untuk 1 tahun atau 2 tahun bahkan lebih dari itu. Otomatis mau tidak mau saya pasti akan sangat membutuhkan bantuan dari mereka (laki-laki). Maka dari itu agar tidak merasa canggung saya mencoba untuk sedikit merubah sikap saya terhadap mereka dengan mulai terbuka kepada mereka meskipun hanya sekedar basa-basi saja. Tentunya masih dalam koridor yang dibenarkan dalam Islam.

Ketika tahu duduk perkaranya saya mencoba untuk menjelaskan tentang perubahan sikap saya yang rupanya tidak begitu disukai oleh sahabat baik saya tersebut. Meskipun pada mulanya dia masih sangat acuh tapi saya selalu berusaha untuk mengclearkan masalah ini. Awalnya dia tidak begitu setuju dengan perubahan sikap saya, namun akhirnya dia mau juga memaafkan saya dengan syarat kedekatan saya dengan teman laki-laki masih dalam batas yang wajar dan yang terpenting yaitu jangan sampai kedekatan saya dengan mereka membuat saya menjadi acuh terhadap sahabat saya sendiri.

Di dalam konflik ini saya dapat menyimpulkan bahwa dalam persahabatan kejujuran dan kesetiaan adalah point penting didalamnya. Saya cukup tahu kesalahan saya adalah tidak memberitahukan keinginan saya untuk berubah kepada sahabat saya sendiri sehingga dia merasa kaget dengan perubahan sikap saya. Di sisi lain saya merasa bahwa karena rasa sayang sahabat saya terhadap saya sehingga muncul kecemburuan dalam diri sahabat saya. Dia khawatir kalau suatu saat akan kehilangan sahabat terbaiknya karena mungkin saja saya akan lebih mementingkan hubungan saya dengan teman laki-laki yang baru. Padahal itu tidak akan terjadi karena dalam prinsip saya persahabatan di atas segala-galanya bahkan seorang laki-laki yang saya sukai sekali pun tidak akan mampu merubah rasa sayang saya terhadap sahabat-sahabat terbaik saya.
Thank's for your friendship to all my best friend...
I Love You All coz ALLAH....!!!